Kamis, 07 Juli 2011

AIDA, Pondasi Awal Membuat Program Pemasaran

Perusahaan besar seringkali menghabiskan dana yang besar untuk mengiklankan produknya. Mulai dari iklan di televisi, iklan di koran, majalah dan bulletin, memasang spanduk & umbul – umbul, iklan di billboard, ataupun memberikan sampling produk melalui SPG, membuat brosur, membuat catalog, membuat event seperti panggung music; acara nonton bareng, buka puasa bersama dan lain sebagainya. Berapa besar biayanya? Apakah dengan cara tersebut produknya bisa sukses dan dibeli oleh konsumen? Apakah dengan budget yang besar maka pemasaran pasti berhasil?
Setiap perusahaan / pemasar memiliki konsep tersendiri untuk memasarkan produknya. Dalam ilmu komunikasi dikenal konsep AIDA sebagai acuan dalam membuat program campaign komunikasi. Dan seringkali konsep AIDA ini menjadi pondasi awal dalam membuat program – program pemasaran.
AIDA merupakan akronim dari Attention (Awareness), Interest, Desire dan Action.
A : Attention / Awareness (Tahu / Sadar) : dalam tahap ini bertujuan agar audiens (target market) diharapkan mengenal, mengetahui, atau sadar akan produk / brand pemasar.
I : Interest (Tertarik): setelah audiens / target market tahu (sadar) atau mengenal produk / brand pemasar maka langkah selanjutnya adalah bagaimana membuat program-program agar mereka tertarik atau ingin tahu lebih.
D : Desire (Hasrat): setelah mereka tertarik maka tahap selanjutnya adalah bagaimana membuat program-program komunikasi agar audiens / target market benar – benar berhasrat atau berkeinginan keras untuk membeli.
A : Action (Tindakan) : Dalam tahap ini pemasar dituntut untuk membuat program kembali dengan tujuan audiens / target market akhirnya menjadi konsumennya atau dengan kata lain akhirnya melakukan aksi pembelian.
Dalam perkembangan saat ini beberapa pemasar menambahkan konsep S (Satisfaction ), dalam tahap ini sangat diharapkan pembeli setelah melakukan pembelian pertama maka setelah merasakan produk yang baru dibelinya tersebut akan merasa puas daan selanjutnya melakukan pembelian berikutnya dan seterusnya (repeat buying).

Jika proses kepuasan ini berlangsung terus menerus maka si pembeli bisa saja mencapai tahap memiliki loyalitas terhadap produk tersebut (loyalty). Dan tanpa diminta pun si pembeli tersebut bisa saja mempengaruhi orang lain untuk membeli produk tersebut (influencer).
Maka disinilah peran konsep AIDA menjadi konsep dasar dalam melakukan langkah-langkah memasarkan suatu produk. Dan ini harus dilakukan secara terintegrasi, setahap demi setahap.
Penerapan konsep AIDA dapat diilustrasikan dalam contoh berikut (misal tentang produk shampo merk A) :
Seorang mahasiswi saat santai di rumah tanpa sengaja melihat iklan produk shampo merk A tersebut di televisi (attention / awareness) dalam iklan selingan acara sinetron. Melalui iklan tersebut (apalagi jika berulang-ulang) maka si mahasiswi tersebut akan tahu/sadar bahwa ada produk shampoo bermerk A. Keesokan harinya ketika tiba di kampus, dilihatnya banyak spanduk dan di kiri-kanan jalan dekat gerbang kampus terlihat begitu banyak umbul-umbul bertuliskan merk A yang merupakan merk shampoo tersebut yang semalam telah dilihatnya di televisi. Jelas spanduk dan umbul-umbul tadi membuat si mahasiswi semakin sadar (aware) dengan shampoo merk A.
Setibanya di kampus dilihatnya beberapa wanita berkaos dengan gambar atribut shampo merk A berjalan menghampirinya. Wanita-wanita tersebut biasa disebut dengan SPG (sales promotion girl) menghampirinya dengan sangat sopan, lalu memberikan 1 sachet kecil shampo merk A tersebut secara gratis (sampling) kepada si mahasiswi. Tak lupa para SPG tersebut pada saat memberikan sampling berusaha dengan penuh semangat member informasi tentang shampo merk A tersebut baik kualitasnya dan juga kelebihannya dengan shampo merk lain yg sudah ada. Di sini pemberian sampling bertujuan agar si mahasiswi (target market) mau mencobanya, lalu merasakannya, sehingga nanti diharapkan timbul kecocokan dan ketertarikan (Interest).
Bersama dengan teman-temannya si mahasiswi berjalan-jalan dengan keluarganya dan mereka mampir di supermarket untuk sekedar iseng dan juga untuk berbelanja. Dilihatnya shampoo merk A terpajang di sana, tanpa disadari pikirannya berjalan jauh ingat bahwa shampoo ini beberapa kali dilhatnya di televisi, pernah didengarnya di radio, dan juga pernah dilihatnya di majalah gadis kesukaannya. Dan yang pasti dia pernah mencobanya (sampling).
Betapa terkejutnya si mahasiswi ketika dia menyadari bahwa shampo merk A yang ada di supermarket yang ia kunjungi ternyata sedang melakukan promosi. Tertulis promosi “setiap membeli 1 shampo merk A maka dapat bonus 1”. Hal ini yang menyebabkan dia ingin sekali (berhasrat) untuk membeli shampo merk A tersebut (desire), selain itu juga karena setelah dia coba tempo hari, ternyata dia cocok. Akhirnya tanpa pikir panjang dibelinya shampo tersebut ( Action), selain karena menurutnya bagus dan juga karena sedang promosi sehingga harga jadi lebih murah.
Akhirnya setelah beberapa kali membeli (repeat buying) shampoo merk A dan merasakan manfaatnya, maka seringkali si mahasiswi tersebut juga merekomendasikan kepada teman-temannya (loyalty). Akibat sudah merasa puas dan loyal maka ketika harga sudah normal (tidak diskon lagi), si mahasiswi tersebut tidak terpengaruh, tetap setia menjadi konsumen shampo merk A.
==================
Apeng Orinanto- wirausaha, pernah bekerja di divisi marketing di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, PT. Kalbe Farma Tbk, dan PT. Bentoel Prima Tbk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar